Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menggambarkan pelaksanaan kegiatan Kompi Satbrimobda Jabar dalam mencegah kejahatan Penambangan Emas Tanpa ljin (PETI) di Pongkor yaitu tentang bagaimana bentuk kejahatan PETI yang terjadi di Pongkor, hal-hal apa saja yang melatarbelakangi penempatan Brimob Jabar oleh pihak Antam, bagaimana bentuk-bentuk kegiatan pencegahan PETI dan penanganannya oleh Kompi Satbrimobda Jabar, serta faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat kegiatan Kompi Brimob Jabar dalam mencegah PETI di Pongkor.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode field research (penelitian lapangan) dengan pendekatan kualitatif, dimana penulis dalam memperolah data melakukan wawancara terhadap pihak-pihak yang terkait dalam pencegahan kejahatan PETI di Pongkor. Guna memperoleh dan menjaring data penulis mewawancarai Kasat Brimobda Jabar Bapak Kombes Pol. Drs Ricardo Hutauruk, KaPolres Bogor AKBP Drs. Irian, SH., beserta jajarannya, Asisten Keamanan Antam Bapak Agung Irasari Oman, BE.,dan sebagian pelaku PETI serta tokoh masyarakat Kecamatan Nanggung yang kesemuanya ada hubungan dengan penulisan skripsi ini. Adapun teori-teori atau konsep-konsep yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah Routine Activities Theory (Teori Kegiatan Rutin), Strategi Pencegahan Kejahatan, serta konsep tentang manajemen organisasi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik beberapa kesimpulan. Pertama, keberadaan PETI di Pongkor merupakan imbas dari eksplorasi emas yang dilakukan oleh Antam. Penempatan anggota Satbrimobda Jabar di Pongkor dilatarbelakangi oleh karma semakin maraknya praktek PETI saat itu (tahun 1999). Keberadaan pasukan ini mempunyai dampak pada produktivitas Antam dan memberikan tekanan terhadap praktek PETI di lapangan. Kedua, bentuk kegiatan pencegahan kejahatan PETI di Pongkor diterapkan oleh Kompi Satbrimobda Jawa Barat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat prefentive, yaitu dalam bentuk patroli rutin di wilayah pertambangan dan daerah-daerah rawan PETI serta penjagaan di pos-pos yang telah ditentukan. Kegiatan ini dilakukan secara bersama dengan pihak Antam, Pam Swakarsa dan instansi terkait dari TNI/Polri. Ketiga, Faktor penghambat operasionalisasi Kompi Satbrimobda Jabar yaitu: mental personil, kurangnya sarana dan prasarana, karakteristik alam Pongkor, masih adanya oknum aparat keamanan dan karyawan Antam yang menjadi hacking kegiatan PETI.
Kemudian penulis memberikan saran yaitu, Pertama, perlu dibuatkan suatu sistem yang terintegrasi antar beberapa instansi yang terkait. Kedua, melakukan pengadaan alat komunikasi dan sarana transportasi dalam menunjang pelaksanaan tugas. Ketiga, perlu dilakukan sebuah perencanaan, pengawasan dan pengendalian yang baik antara pihak Antam dan Satbrimobda Jawa Barat serta instansi terkait lainnya. Keempat, sebelum anggota melaksanakan tugas ke daerah penugasan, agar para pimpinan di Kesatuan Brimobda Jabar melakukan pembinaan mental personil dan memberikan gambaran tentang tugas yang akan dilaksanakan secara jelas dan terarah.